Panca Dharma Pondok

Panca Dharma Pondok

Panca Dharma, yang berarti “lima asas” merupakan dasar pendidikan, yang disebutkan oleh Ki Hajar Dewantara merupakan dasar keyakinan adanya kekuatan adanya kekuatan kodrat pada diri manusia sebagai makhluk Tuhan. Panca dharma menjadi dasar pegangan, dasar keyakinan, bagi siapapun dai’/da’iyah yang terjun langsung dalam membina masyarakat.

Tingkatan panca dharma yang diajarkan kepada para santri di Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum 2 adalah: ibadah, ilmu, amal, dakwah, dan istiqomah.

5 Dasar Keyakinan

INTISARI

Panca Dharma Pondok

Seluruh kehidupan di Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum 2 didasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh suasana-suasana yang dapat disimpulkan dalam Panca Jiwa. Panca Jiwa adalah lima nilai yang mendasari kehidupan Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum 2:

Ibadah

Yang pertama, adalah ibadah. Dasar ketaqwaan kepada Allah Subhaanahu Wata’ala. Pun dengan ajaran yang pertama kali diserukan oleh Nabi Muhammad adalah tauhid kepada Allah, yakni yakni menyembah dan beribadah hanya kepada Allah.

Setiap sesuatu, terutama yang baik, harus diniati dengan sebagai ibadah. Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadahitu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan setiap sesuatu dalam Islam yang bersunsur ibadah adalah mudah.

Ilmu

Yang kedua, adalah ilmu. Setelah seorang hamba mengabdikan dirinya kepada sang pencipta makhluk dalam hal ibadah, maka yang wajib dilakukan adalah menuntut ilmu. Ilmu sebagai alat, merupakan sarana untuk meningkatkan pemahaman manusia tentang satu atau berbagai hal.

Jika tanpa ilmu, nilai ibadah akan menjadi rusak. Begitu pula sebaliknya. Seperti yang telah Allah sebutkan dalam surat Al-Fatihah, orang-orang yang dimurkai, adalah mereka yang berilmu dan berakal, namun enggan bersyukur kepada sang pencipta dengan cara ibadah. Serta mereka yang beribadah, namun terjerumus dalam kesesatan karena beribadah tanpa didasari dengan ilmu.

Amal

Yang ketiga, adalah amal. Amal menjadi sebuah keharusan, sebagai pembuktian bahwa kita mengadakan implementasi dari setiap ilmu yang kita miliki. Dasar atau tolak ukur yang sempura dari sebuah ilmu, adalah ketika ilmu yang dimiliki senantisa diamalkan. Ketika amal sudah didasari oleh ilmu, maka ketenangan lah yang akan hadir ketika ibadah.

Ibarat kata, dalam sebuah perumpamaan, disebutkan “ilmu tanpa amal bagai pohon tak berbuah”, yang berarti jika salah satunya hilang, maka yang lain akan tidak berarti. Buah tidak akan tumbuh dari selain pohon, dan pohon akan mati jika tidak berbuah. Ilmu yang tidak diamalkan, maka hilanglah barakah dari ilmu tersebut.

Dakwah

Yang keempat, adalah dakwah. Ibadah tidak hanya berhenti pada diri sendiri, bukan kewajiban untuk pribadi. Maka, tugas selanjutnya dari mengamalkannya untuk diri sendiri, adalah dengan dakwah.

Dakwah berarti memanggil, mengajak, serta melakukan amal-amal kebaikan yang bermuara pada ketaatan kepada Allah. Mengajak kepada ibadah, serta menempuh jalan kehidupan sesuai yang telah dituntunkan oleh Allah dan RasulNya dalam syari’at Islam.

Istiqomah

Dan yang terakhir, adalah istiqomah. Tidak berhenti pada dakwah saja, harus ada pengikat agar setiap hal yang telah dilakukan di atas tetap berjalan dan terus langgeng. Dan ikatan itu berupa istiqomah.

Istiqomah merupakan keinginan untuk mewujudkan sesuatu secara terus-menerus. Sesuatu yang baik jika tidak disertai dengan istiqomah, maka ia akan hilang. Karena perbuatan baik tidak cukup jika hanya dilakukan sekali, tetapi harus terus diulang. Istiqomah mampu meneguhkan pendirian, memupus keraguan, dan mengilangkan ketakutan. Wallahu A’lam